"Leaders don't create followers. They create more leaders." - Thomas J. Peters
Topik ini dijamin sering muncul dalam berbagai jenis training. Sejak gw masi unyu dan ikutan ekskul di SMA, di masa kuliah hingga di saat gw udah kerja. Sampai sekarang pun masih. Mau training JBMP, ISRS, Incident Investigation, hingga soal PROPER, pasti lah ada satu sesi ngebahas soal leadership ini. Banyak juga buku-buku ngebahas soal ini, tapi gw ga pernah tertarik ngebacanya. I always think that those books are full of shits, hahaha,,, Kalau kali ini gw ngebahas, bukan karena gwnya berubah pikiran, tapi gw menyadari pentingnya seorang leader, bukan sekedar bos or manager, tapi beneran "An Inspiring Leader", dalam sebuah organisasi, who actually can lead. Ini juga dari sudut pandang gw sebagai kroco mumet ya, yang jungkir balik ngejalanin perintah para leader itu.
Leadership atau kepemimpinan itu bakat dari orok atau bisakah dipelajari? Bisakah setiap orang menjadi leader? Ini topik diskusi waktu gw training JBMP yang lucunya, pernah muncul juga di soal Writing test TOEFL, wkwkwk,,,, Personally, I think everyone can be a leader. Each and every one of us is a leader, at least for ourselves or in our family. Kalau mau jadi leader yang lebih baik, juga bisa dipelajari. Banyak buku bisa dibaca dan seminar bisa diikuti. Sekarang kalau setiap orang bisa jadi leader, kenapa hanya beberapa saja yang akhirnya beneran mencuat jadi leader dan lainnya hanya jadi follower? Nah ini yang gw pelajarin dari pengalaman gw, bahwasanya,,,
"Being a leader is a choice we make."
Sering gw temuin orang-orang pintar dengan ide cerdas, tapi memilih diam saja dan wait-and-see, berakhir menjadi follower terhadap suatu ide yang ga sebrillian idenya dan mungkin hasilnya tidak sebaik yang diharapkan. Banyak faktor yang menentukan, tapi mostly karena di perusahaan ini siapa yang punya ide, dia juga yang harus eksekusi, setidaknya memastikan pekerjaan itu terlaksana. Dan rata-rata orang merasa malas kalau dia juga yang ngerjain. Sering juga gw berada dalam kondisi dimana situasinya sudah mendesak dan perlu diambil suatu keputusan. Tapi lagi-lagi semuanya memilih amannya, wait-and-see. This is the time when a leader should step up, dan mengambil alih komando. This is the time when we choose, "am I a leader or a follower?". Do you have balls to step up and take the lead?
"A leader should walk the talk."
Waktu masuk ke perusahaan ini, gw langsung masuk ke middle level, supervisor level. Walaupun pada kenyataannya gw ga punya fruit son or fruit daughter (baca : anak buah) secara langsung, tapi ada kru atau staff lain yang kadang gw mintain bantuan. Tentu saja mereka lebih senior, lebih pengalaman dan lebih tua umurnya. Pertama kali gw datang, gw tau banget betapa mereka nungguin gw melakukan kesalahan, ngetes sejauh or sependek mana ilmu gw, gampang nangis atau ga, apakah gw tipe omdo, dsb. Bisa apa sih cewe kecil nan bawel ini? Hehehe,,, Di sini gw belajar soal integritas. Walk the talk, man. Lo suruh orang-orang ngerjain A, lo larang mereka ngerjain B. Ya jangan sampai lo malah melakukan sebaliknya. Kalo lo ngarepin semua anak buah lo stand by, ya lo harus juga ambil bagian. Jangan lo paksain semua stand by tapi elonya kaga pernah stand by. Ini pernah gw coba di lapangan, waktu bersihin lokasi. Krunya susah banget bergerak, kerjanya lamban dan angot-angotan. Gemes banget. Tapi gw tau kalo gw omelin, mereka bakal makin mangkir karena mereka mikir "Elu sih enak tinggal nyuruh, gwnya keringetan". So instead of yelling, gw ambil cangkul, gw cangkul sendiri tuh lokasinya. Baru lah mereka ngerjain sesuai yang gw minta, karena mereka liat gw juga terlibat dan bekerja. Di sini gw juga belajar untuk ga asal ngomong atau asal janji. Pastikan semua yang keluar dari mulut lo sudah lo pikirkan semua konsekuensinya dan lo memang akan merealisasikannya. Kalo kata orang Treasury di bank sih, "Your word is your bond". Di sini gw juga belajar untuk jujur. Kalo lo ga ngerti atau ga punya solusi, bilang apa adanya, minta waktu buat berpikir dan jangan malu buat nanya. Orang-orang lebih respect kalo lo jujur daripada lo sotoy. Kalo orang lain punya ide lebih bagus, terima aja. Ga usah malu atau takut mereka yang dapat nama. Kembali ke niat, lo kerja buat perusahaan, bukan buat dapat nama atau pujian.
"A leader should use their 2 ears."
Being a leader means you should be able to stand alone sometimes. Kumpulkan dulu semua info, sebelum mengambil keputusan. Jangan kaya sel ovum, begitu sel sperma masuk, langsung menutup deh, kaga terima yang lainnya (istilah dari Mpok Ijah). Maksudnya, jangan cuma denger 1 info dan langsung tutup mata dan telinga dari info-info lainnya, kan belum tentu info yang didenger tadi adalah info yang bener. Office politic sucks. You'll never know who you can trust. Even brother bear told me, "Lo jangan pernah percaya omongan orang lain kalo mo ambil keputusan. Termasuk gw. Lo kumpulin info sendiri. Liat pake mata lo sendiri".
Well, sementara itu dulu sharing gw. Sekali lagi, gw bukannya sok ngajarin ya. Semua yang gw ceritain di atas semata-mata sharing pengalaman gw aja, sebagai salah satu fruit daughter a.k.a kroco mumet, hehehe,,, Dan gw saat ini berada pada kondisi "craving for an inspiring leader". Someone that I can look up to, and being my role model.
Apakah gw seorang leader? Yeah, sometimes but conditional. Masih banyak kurangnya, perlu diperbaiki. Gw masih suka ragu, suka panik dan suka sentimen ama orang, dimana ketiganya cukup mempengaruhi proses pengambilan keputusan. But at least I have guts to step up and take the lead. Buat kalian para lelaki yang milih wait-and-see, dan cuma bisa komentar atau ngomel di belakang kalau keputusan yang diambil ga sesuai ama yang kalian mau, jadi cewe aja deh lo,,,, *jadi curcol*.
No comments:
Post a Comment